Dari Tatapan Pertama, Menuju Cinta yang Abadi
Aku mengenalnya dari jauh.
Bukan karena jarak, tapi karena ragu menyapa.
Ia, cahaya yang selalu kutatap diam-diam,
sejak pagi-pagi hingga senja-senja yang pelan.
Ada yang berbeda dari dirinya—
senyum yang tak pernah dibuat-buat,
tatapan teduh yang menyimpan dunia kecil yang ingin sekali kutinggali.
Waktu berlalu, aku tumbuh..
begitu juga rasa itu,
yang tak pernah layu meski tak pernah kuungkap.
Lalu takdir, dalam cara yang anggun, mempertemukan kami kembali.
Kali ini tanpa ragu,
tanpa sekat waktu.
Aku bicara, ia mendengar.
Aku mendekat, ia membuka pintu.
Cinta yang dulu tumbuh diam,
kini bersuara lantang dalam restu keluarga dan doa-doa yang melangit.
Kami berdiri di pelaminan,
bukan lagi sebagai aku dan dia,
tapi sebagai kita.
Dan hari itu,
tatapan yang dulu hanya bisa kubisikkan dalam doa,
kini menatapku utuh di hadapan ijab.
Sah.
Dari kekaguman yang kubungkus rapi,
hingga janji suci yang kami ikat abadi.
Cinta ini—sejak lama tumbuh,
akhirnya pulang ke rumah bernama pernikahan.