Pertama kali bertemu lima tahun lalu di sebuah sekolah bahasa Jepang. Awalnya hanya teman sekelas, lalu jadi teman belajar, dan tanpa sadar jatuh cinta di antara buku-buku kanji dan mimpi pergi ke Jepang.
Setelah sampai jepang, takdir memisahkan. —Ade bekerja di Hiroshima, Endy di Kagoshima.Tapi mereka bertahan, saling menguatkan lewat pesan, tawa di layar kecil, dan janji yang sederhana.
Waktu membuktikan cinta bukan sekadar kata. Ade lebih dulu berangkat ke Jepang. Beberapa bulan kemudian, Endy menyusul. Akhirnya bertemu kembali, bukan di kelas, tapi di negeri impian.
Hari ini 18 Agustus 2025 kami menikah bukan hanya karena cinta, tapi karena sabar, percaya, dan mimpi yang diperjuangkan bersama.