Di sebuah kampus yang sibuk dengan aktivitas akademik, dua mahasiswa tingkat akhi Raja dan Pury bertemu saat sama-sama menunggu giliran bimbingan skripsi. Awalnya, mereka hanya saling bertukar senyum dan beberapa candaan ringan tentang dosen pembimbing yang sulit ditemui. Namun, intensitas pertemuan yang terus berulang dan obrolan yang makin dalam membuat mereka merasa nyaman satu sama lain.
Dari saling mengingatkan jadwal bimbingan hingga saling menyemangati saat revisi menumpuk, kedekatan mereka tumbuh perlahan. Di tengah tekanan akademik, mereka menemukan tempat saling bersandar. Cinta pun hadir tanpa mereka sadari bukan karena romantis yang berlebihan, tapi karena tumbuh bersama dalam perjuangan yang sama. Seiring berjalannya waktu dua insan inipun melanjutkan pendidikan di universitas yang sama dan dengan orang yang sama, dan akan bersama sama selama nya

Lamaran

Setelah kelulusan Sarjana akhirnya mereka lewati dengan senyum lega, hubungan Raja dan Pury semakin kuat. Tak hanya sebagai teman seperjuangan, tapi juga sebagai pasangan yang saling melengkapi. Kami mulai bicara tentang masa depan, bukan lagi soal bab skripsi atau revisi, tapi tentang rumah, keluarga, dan kehidupan bersama.
Suatu hari yang hangat di akhir pekan, Di ruangan yang dipenuhi senyum hangat dan haru, Raja datang bersama keluarganya, membawa niat baik. Dengan setelan batik dan raut wajah serius tapi penuh cinta, Raja menyampaikan niatnya kepada orang tua Pury, “Saya ingin melamar putri Abang dan Ibu, dan insyaAllah saya siap membimbingnya, dalam kehidupan yang panjang ke depan.”